Reaksi hipersensitifitas tipe I, yang jelas
diperantarai oleh antibodi IgE, terjadi pada pemberian agen-agen secara
sistemik, seperti serum asing (misal, globulin antilimfosit). Agen-agen ini
bekerja sebagai antigen lengkap bersama dengan agen bermolekul kecil yang dapat
berikatan stabil dengan protein pejamu.
Reaksi merugikan terhadap penisilin
merupakan contoh mekanisme yang terakhir, sementara obat dan / atau
metabolitnya bekerja sebagai hapten. Agen yang mensensitisasi dapat menyebabkan
anafilaksis serta urtikaria “lambat” yang timbul setelah 24 jam atau 48 sampai
72 jam; penislin juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi imunohemolitik (IH), dan
dermatitis kontak eksematosa alergika (AEDC).
Pada manusia metabolisme penisilin dapat berlangsung
melalui beberapa jalur yang penting, melibatkan banyak hasil akhir dan intermediate,
beberapa diantaranya bersifat alergenik. Dari zat-zat yang dihasilkan, radikal
penisiloil tampaknya merupakan sensitisator yang utama, dan antibody terhadap
substansi spesifik ini seringkali dihubungkan dengan urtikaria lambat, dan
kadang-kadang reaksi sistemik akut. Sebaliknya, respon sistemik (anafilaksis)
yang berakibat fatal, merupakan sebagian besar dari reaksi merugikan akibat
penisilin G alamiah, atau derivatnya termasuk asam peniloat dan penisiloat. Dilihat
dari frekuensi terjadinya reaksi-reaksi ini (bukan keparahan relatif), radikal
penisiloil seringkali disebut sebagi “determinan mayor” dari alergi penisilin
dan yang lainnya disebut sebagai “determinan minor”.
Dalam pejelasan mengenai antigen yang bertanggung
jawab atas kepekaan penisilin, usaha yang dilakukan adalah untuk mengenali
subjek yang relatif. Namun, tujuan ini hanya dicapai setelah pengembangan
reagen “determinan mayor” yang memberikan reaksi pada kulit tetapi bersifat
nonsensitisasi, melalui konjugasi banyak gugus penisiloil dengan peptide sintetik,
poli-L-lisin. Mekipun banyak determinan minor kurang mudah didapat, namun uji
kulit menggunakan produk ini, benzilpenisiloil polilisin (PPL), sekarang dilakukan
secara luas. Kedua bahan tersebut membantu evaluasi reaksi-reaksi yang sudah
dilaporkan sebelumnya dan kemungkinan adanya risiko dikemudian hari.
Penderita yang sebelumnya mengalami reaksi yang
merugikan terhadap penisilin memiliki risiko dengan agen sefalosporin. Serangkaian
uji kulit yang negative tidak menjamin bebas dari reaksi obat yang merugikan
setelah pengulangan pemberian obat beberapa bulan dan tahun kemudian.
Pada kasus yang jarang, fenomena autoimun jelas
terkait dengan pemberian obat-oabt tertentu. Beberapa obat, misalnya
hidralazid, prokainamid, fenitoin, dan beberapa obat penekan ovulasi tertentu
dapat mempermudah pembentukan antibodi antinuklear.
0 komentar:
Posting Komentar