Jumat, 05 Agustus 2016

REAKSI HIPERSENSITIFITAS TERHADAP OBAT

Reaksi hipersensitifitas tipe I, yang jelas diperantarai oleh antibodi IgE, terjadi pada pemberian agen-agen secara sistemik, seperti serum asing (misal, globulin antilimfosit). Agen-agen ini bekerja sebagai antigen lengkap bersama dengan agen bermolekul kecil yang dapat berikatan stabil dengan protein pejamu.
Reaksi merugikan terhadap penisilin merupakan contoh mekanisme yang terakhir, sementara obat dan / atau metabolitnya bekerja sebagai hapten. Agen yang mensensitisasi dapat menyebabkan anafilaksis serta urtikaria “lambat” yang timbul setelah 24 jam atau 48 sampai 72 jam; penislin juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi imunohemolitik (IH), dan dermatitis kontak eksematosa alergika (AEDC).

Pada manusia metabolisme penisilin dapat berlangsung melalui beberapa jalur yang penting, melibatkan banyak hasil akhir dan intermediate, beberapa diantaranya bersifat alergenik. Dari zat-zat yang dihasilkan, radikal penisiloil tampaknya merupakan sensitisator yang utama, dan antibody terhadap substansi spesifik ini seringkali dihubungkan dengan urtikaria lambat, dan kadang-kadang reaksi sistemik akut. Sebaliknya, respon sistemik (anafilaksis) yang berakibat fatal, merupakan sebagian besar dari reaksi merugikan akibat penisilin G alamiah, atau derivatnya termasuk asam peniloat dan penisiloat. Dilihat dari frekuensi terjadinya reaksi-reaksi ini (bukan keparahan relatif), radikal penisiloil seringkali disebut sebagi “determinan mayor” dari alergi penisilin dan yang lainnya disebut sebagai “determinan minor”.

Dalam pejelasan mengenai antigen yang bertanggung jawab atas kepekaan penisilin, usaha yang dilakukan adalah untuk mengenali subjek yang relatif. Namun, tujuan ini hanya dicapai setelah pengembangan reagen “determinan mayor” yang memberikan reaksi pada kulit tetapi bersifat nonsensitisasi, melalui konjugasi banyak gugus penisiloil dengan peptide sintetik, poli-L-lisin. Mekipun banyak determinan minor kurang mudah didapat, namun uji kulit menggunakan produk ini, benzilpenisiloil polilisin (PPL), sekarang dilakukan secara luas. Kedua bahan tersebut membantu evaluasi reaksi-reaksi yang sudah dilaporkan sebelumnya dan kemungkinan adanya risiko dikemudian hari.

Penderita yang sebelumnya mengalami reaksi yang merugikan terhadap penisilin memiliki risiko dengan agen sefalosporin. Serangkaian uji kulit yang negative tidak menjamin bebas dari reaksi obat yang merugikan setelah pengulangan pemberian obat beberapa bulan dan tahun kemudian.


Pada kasus yang jarang, fenomena autoimun jelas terkait dengan pemberian obat-oabt tertentu. Beberapa obat, misalnya hidralazid, prokainamid, fenitoin, dan beberapa obat penekan ovulasi tertentu dapat mempermudah pembentukan antibodi antinuklear. 

0 komentar:

Posting Komentar