Diklasifikasikan secara morfologis sebagai anemia
makrositik normokromik. Disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA, disertai kegagalan
maturqsi dan pembelahan inti.
Defisiensi ini dapat sekunder akibat malnutrisi,
defisiensi asam folat, malabsorbsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti pada
anemia pernisiosa dan pasca-gastrektomi), infeksi parasit, penyakit usus, dan
keganasan, serta sebagai akibat agen-agen kemoterpeutik. Pada infeksi cacing
pita bias disebabkan oleh ingesti ikan segar yang terinfeksi, cacing
berkompetisi dengan pejamu untuk medapatkan vitamin B12 dalam
makanan yang diingesti, yang menyebabkan anemia megaloblastik.
Meskipun anemia pernisiosa khas pada anemia
megaloblastk, defisiensi folat lebih serimg ditemukan dalam praktik klinis. Anemia
megaloblastik sering terlihat malnutrisi pada orang yang lebih tua, pecandu alkohol,
atau remaja, dan pada perempuan hamil, saat permintaan untuk mencukupi
kebutuhan janin dan laktasi meningkat. Permintaan juga menigkat pada anemia
hemolitik, keganasan, dan hipertiroidisme. Penyakit seliak dan stomatitis tropic
(tropical sprue) juga menyebabkan malabsorpsi, dan obat yang bekerja secara
antagonis asam folat juga mempengaruhi.
Kebutuhan minimal folat sehari-hari sekitar 50mg,
dengan mudah didaapat dari diet rata-rata. Sumber yang paling banyak adalah daging merah, seperti
hati dan ginjal, serta sayuran berdaun hijau. Akan tetapi menyiapkan makanan
yang benar juga diperlukan untuk memastikan nutrisi yang adekuat. 50%-90% folat
dapat hilang dengan memasak menggunakan banyak air. Folat diabsorbsi di
duodenum dan jejunum bagian atas, terikat lemah pada protein plasma, dan
disimpan di hati. Ketika tidak ada asupan folat, cadangan folat akan habis
sekitar 4 bulan. Anemia megaloblasstik sekunder akibat defisiensi folat dapat
terlihat malnutrisi dan glositis (lidah meradang, nyeri), diare, dan kehilangan
nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (kurang dari 4ng/ml).
0 komentar:
Posting Komentar